Sekedar Ngasih Saran. . .

Jadikan dirimu sesempurna mungkin,meskipun tiada yang sempurna di dunia ini!
Bentuklah duniamu dengan sikap yang mengagumkan...

Rabu, 30 Maret 2011

Sebentang Kepercayaan


Bila Anda tak percaya pada seseorang, maka kebaikan apa pun yang dilakukan tetap mengundang keraguan dalam diri Anda. Tanpa disadari Anda mendapati selalu saja ada kesalahan dalam tindakannya. Ketidakpercayaan menyanyat lebih tajam daripada kritik pedas.
Sebaliknya, bila Anda percaya pada seseorang, semua kekeliruan yang dilakukannya adalah titik tolak untuk melakukan perbaikan. Tanpa disadari Anda terdorong untuk membenahi dan mengisi kekurangan yang ada. Kepercayaan adalah jaringan penyelamat bagi setiap peloncat yang gagal.

Keberhasilan bukan hanya karena kerja keras Anda sendiri, pasti ada sebentang jaringan kepercayaan yang dihamparkan oleh para pembimbing Anda. Sedangkan kegagalan seringkali diakibatkan gagalnya meraih kepercayaan orang lain.

Uniknya, Anda hanya akan meraih kepercayaan manakala Anda mau mempercayai orang lain pula. Tali yang kuat terpilih dalam simpul yang kuat. Saling mempercayai adalah simpul yang jauh lebih kuat.

^^ Good Luck

Cobalah Untuk Merenung


Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama berhari-hari anda disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.

Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.

Belajar Bijaksana dari Cerita Kodok


Seorang petani masuk kota dan menemui pemilik sebuah restoran besar, lalu bertanya apakah ia bisa menjual sejuta paha kaki kodok. Pemilik restoran itu kaget setengah mati dan balik bertanya, dari mana ia bisa mendapatkan paha kodok begitu banyaknya  ?!  Petani itu menjawab, “Didekat rumahku ada sebuah kolam yang berjubel penuh kodok wuihhh …. , pasti ada jutaan. Sepanjang malam mereka itu mengorek, berisik luar biasa …… pokoknya terus menerus berbunyi dan hampir-hampir membuatku gila !!!”.

Lalu mereka sepakat untuk membuat suatu perjanjian, dimana dinyatakan bahwa sang petani itu akan memasok paha kodok ke restoran itu, setiap kali kiriman sebanyak 500 pasang kaki kodok untuk beberapa minggu mendatang. Pada minggu pertama, petani itu kembali ke restoran itu dengan wajah lesu dan tanpa semangat, ia membawa serta dua ekor kodok agak kecil.
Pemilik restoran bertanya, “Lhooo ….. mana katamu kodok yang jumlahnya segudang itu ?”
Si petani menjawab, “Ternyata saya salah …. Yang ada cuma dua ekor ini. Tapi mereka kok benar-benar membuat keributan luar biasa yaa ??!!! …..”
Sahabat bil-science,lain kali bila kau dengar orang mencelamu atau mengolok-olokmu, ingat, itu barangkali hanya ributnya dua ekor kodok saja. Ingatlah juga, bahwa problem selalu tampaknya lebih besar di kegelapan. Pernahkah anda malam-malam terbaring di ranjang, mengkuatirkan permasalahan-permasalan yang mencekam Anda dan tampaknya seperti bunyi ributnya sejuta kodok ?? Kemungkinan sekali, bila fajar menyingsing dan Anda dekati lagi masalah itu, bisa-bisa anda tertawa sendiri …..

Kok semut Anda anggap seperti gajah !!!

^^ Good Luck

Bijaksana


Semua orang ingin menjadi bijaksana...
Semua orang merasa dirinya bijaksana....

Ternyata........


Bijaksana tidak bisa dilihat dari umur seseorang. Bijaksana adalah suatu pola pikir yang santun dan bertanggung jawab dalam melihat suatu masalah yang ada.


Bijaksana hanya biasa terwujud jika kita dapat mengendalikan emosi kita, dan melihat masalah dari berbagai kaca mata. Sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang santun dan bertanggungjawab.

Kebijaksanaan seseorang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, masa lalu, pendidikan, dan iman...


Tetapi menjadi bijaksana dapat dilatih, dapat dipelajari, dan akhirnya dapat diamalkan..

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bijaksana dalam melihat dan memutuskan sesuatu.... tanpa ada yang merasa tersakiti.

^^ Good Luck

Mencari Kebahagiaan


Ada seekor kuda yang pemurung. Ia mempunyai tetangga seekor kera yang mempunyai sifat sebaliknya. Kera itu periang, banyak memiliki sahabat, serta pintar memberi nasihat. Suatu hari, celeng bertamu ke rumah kera.


Kata kuda, “Kera, kudengar kau binatang paling bijaksana di rimba belantara. Benarkah itu?” Sahut kera, “Kata warga rimba, memang demikian.” “Kalau begitu, boleh aku meminta nasihat padamu?” kata kuda lebih lanjut.
“Oh, silahkan.”
“Begini, Kera. Aku tidak pernah merasa bahagia dalam hidup ini. Apa gerangan sebabnya?”
Kera berpikir sejenak, kemudian jawabnya, “Oho, kuda, pergilah cari pohon zonga. Buahnya berwarna ungu. Petiklah buahnya, lalu makanlah. Dengan memakan sebuah zonga saja kau akan merasakan bahagia seumur hidupmu.”
“Buah zonga? Aku baru mendengarnya sekarang. Di mana terdapat buah itu?” "Berkelanalah ke seluruh dunia",kata kera. Esoknya kuda berkelana. Untuk mencari buah kebahagiaan itu.

Setahun kemudian tiba di rimba tempat ia lahir. Kera menyambut kedatangan kuda, yang kini wajahnya segar dan ceria. Tanya kera, “sudahkah kautemukan buah zonga?”
kuda menjawab, “belum, Kera. Tetapi, aku sudah menemukan kebahagiaan itu. Kini aku sangsi, benarkah ada pohon zonga itu? Seluruh pelosok dunia telah kujelajahi. Tidak seorang pun tahu tentang buah ajaib itu.”

Sambil menyungging senyum, menjawablah kera, “Benar dugaanmu, kuda. Buah zonga hanya karanganku belaka. Tentu saja kau tidak bisa menemukannya. Tetapi ngomong-ngomong, bagaimana cara kau memperoleh kebahagiaan itu?”
kuda menjawab, “Aku menikmati perjalanan itu.

Di mana mana aku menjalin persahabatan. Setiap hari ada hal hal baru yang kulihat. Nah, ternyata dengan banyak bersahabat dan melihat luasnya dunia, hati kita menjadi bahagia.”
Kera mengangguk-angguk mengiyakan pernyataan si kuda.

Sahabat bil-science,terkadang kita merasa jenuh dalam kehidupan kita selama ini. Tapi percayalah,setiap hal yang kita jalani dan kita maknai akan memberikan hal baru yang membuat hidup tidak merasa bosan.

Namun,jika sudah terlanjur merasa jenuh cobalah untuk berlibur dari kegiatan Anda yang padat dan jalani liburan Anda dengan sebuah tujuan yaitu,"Feel Happy In Your Life".

^^ Good Luck

Si Parkit Raja Parakeet


Konon, di tengah hutan belantara itu, hiduplah sekawanan burung parakeet yang hidup damai, tenteram, dan makmur. Setiap hari mereka bernyanyi riang dengan suara merdu bersahut-sahutan dan saling membantu mencari makanan. Kawanan burung tersebut dipimpin oleh seorang raja parakeet yang bernama si Parkit. Namun, di tengah suasana bahagia itu, kedamaian mereka terusik oleh kedatangan seorang Pemburu. Ternyata, ia berniat menangkap dan menjual burung parakeet tersebut. Pelan-pelan tapi pasti, si Pemburu itu melangkah ke arah kawanan burung parakeet itu, lalu memasang perekat di sekitar sarang-sarangnya. “Ehm….Aku akan kaya raya dengan menjual kalian!”, gumam si Pemburu setelah selesai memasang banyak perekat. Si Pemburu itu pun tersenyum terus memba­yangkan uang yang akan diperolehnya.


Gumaman si Pemburu tersebut didengar kawanan burung parakeet, sehingga mereka menjadi ketakutan. Mereka berkicau-kicau untuk mengingatkan antara satu sama lainnya. “Hati-hati! Pemburu itu telah memasang perekat di se­kitar sarang kita! Jangan sam­pai tertipu! Sebaiknya kita tidak terbang ke mana-mana dulu!” seru seekor burung parakeet. “Ya, betul! Kita memang ha­rus berhati-hati,” sahut burung parakeet yang lain. Namun, karena harus mencari makan, burung-burung parakeet itu pun keluar dari sarangnya. Alhasil, apa yang ditakutkan burung-burung parakeet itu pun terjadi. Bencana tak terelakkan, burung-burung parakeet itu terekat pada perekat si Pemburu. Mereka meronta-ronta untuk melepaskan diri dari perekat tersebut, namun usaha mereka sia-sia. Kawanan burung parakeet tersebut menjadi panik dan bingung, kecuali si Parkit, raja parakeet.

Melihat rakyatnya kebingungan, Raja Parakeet berkata, “Tenang, Rakyatku! Ini adalah perekat yang dipasang si Pemburu. Berarti dia ingin menangkap kita hidup-hidup. Jadi, kalau kita mati, si Pemburu itu tidak akan mengambil kita. Besok, ketika si Pemburu itu datang, kita pura-pura mati saja!”, mendegar penjelasan raja Parakeet itu, rakyatnya terdiam. Sejenak, suasana menjadi hening. Di tengah keheningan itu, “Berpura-pura mati? Untuk apa?”, tanya seekor parakeet, membuat burung parakeet lainnya menoleh ke arahnya. Si Parkit tersenyum mendengar pertanyaan itu, “Besok, setelah si Pemburu melepaskan kita dari perekat yang dipasangnya, dia akan memeriksa kita satu per satu. Bila dilihatnya kita telah mati, maka dia akan meninggalkan kita di sini. Tunggu sampai hitunganku yang ke seratus agar kita dapat terbang secara bersama-sama!”. Semua rakyatnya ternganga mendengar penjelasan si Parkit. “Oh, begitu..!? Baiklah, besok kita akan ber­pura-pura mati agar dapat be­bas dari Pemburu itu!”, sahut rakyatnya setuju.

Kini, rakyatnya sudah mengerti apa yang direnca­nakan oleh si Parkit. Mereka ber­janji akan menuruti pe­rintah rajanya. Keesokan harinya, si Pemburu pun datang. Dengan sangat hati-hati, si Pemburu melepaskan burung parakeet tersebut satu persatu dari perekatnya. Ia sangat kecewa, karena tak satu pun burung parakeet yang bergerak. Dikiranya burung parakeet tersebut telah mati semua, ia pun membiarkannya. Dengan rasa kesal, si Pemburu berjalan seenaknya, tiba-tiba ia jatuh terpeleset. Kawanan burung parakeet yang berpura-pura mati di sekitarnya pun kaget dan terbang dengan seketika tanpa menunggu hitungan dari si Parkit. Si Pemburu pun berdiri kaget, karena ia merasa telah ditipu oleh kawanan burung parakeet itu. Namun, tiba-tiba ia tersenyum, karena melihat ada seekor burung parakeet yang masih melekat pada perekatnya. Lalu ia menghampiri burung parakeet tersebut, yang tidak lain adalah si Parkit. “Kamu akan kubunuh!”, bentak si Pemburu dengan marah. Si Parkit sangat ketakutan mendengar bentakan si Pemburu.

Si Parkit yang cerdik itu, tidak mau kehilangan akal. Ia segera berpikir untuk menyelematkan diri, karena ia tidak mau dibunuh oleh si Pemburu itu. “Ampuni hamba, Tuan! Jangan bunuh hamba! Lepaskan hamba, Tuan!” pinta si Parkit. “Enak saja! Kamu dan teman-temanmu telah me­nipuku. Kalau tidak, pasti aku sudah banyak menang­kap kalian!” kata si Pemburu dengan marah. “Iya. Tapi itu kan bukan salahku. Ampuni hamba, Tuan! Hamba akan menghibur Tuan setiap hari!” kata si Parkit memohon. “Menghiburku?” tanya si Pemburu. “Betul, Tuan. Hamba akan bernyanyi setiap hari untuk Tuan!” seru si Parkit. Si Pem­buru diam sejenak memikirkan tawaran burung parakeet itu. “Memangnya suaramu bagus?” tanya si Pemburu itu mulai tertarik. Si Parkit pun bernyanyi. Suara si Parkit yang merdu itu berhasil mumbujuk si Pemburu, sehingga ia tidak jadi dibunuh. “Baiklah, aku tidak akan membu­nuhmu, tapi kamu harus bernyanyi setiap hari!” kata si Pemburu. Karena takut dibunuh, si Parkit pun setuju.

Setelah itu, si Pemburu membawa si Parkit pulang. Sesampai di rumahnya, si Parkit tidak dikurung dalam sangkar, tapi salah satu kakinya diikat pada tiang yang cukup tinggi. Sejak saat itu, setiap hari si Parkit selalu bernyanyi untuk menghibur si Pem­buru itu. Si Pemburu pun sangat senang mendengarkan suara si Parkit. “Untung….aku tidak membunuh burung parakeet itu”, ucap si Pemburuh. Ia merasa beruntung, karena banyak orang yang memuji kemerduan suara si Parkit. Sampai pada suatu hari, kemerduan suara si Parkit tersebut terdengar oleh Raja Aceh di istananya. Raja Aceh itu ingin agar burung parakeet itu menjadi miliknya. Sang Raja memanggil si Pemburu menghadap kepadanya. Si Pemburu pun datang ke istana dengan perasaan bimbang, karena ia sangat sayang pada si Parkit.

Sampai di hadapan Raja Aceh, ia tidak bersedia memberikan si Parkit yang bersuara merdu itu kepada Sang Raja. “Ampun, Baginda! Hamba tidak bermaksud menentang keinginan Baginda!” kata si Pemburu memberi hormat. “Lalu, kenapa kamu tidak mau memberikan burung itu?” tanya sang Raja. “Ampun, Baginda! Mohon beribu ampun! Hamba sangat sayang pada burung tersebut. Selama ini hamba telah memeliharanya dengan baik”, jawab si Pemburu. Mendengar jawaban itu, “Kalau begitu, bagaimana jika kuganti dengan uang yang sangat banyak.?”, sang Raja menawarkan. Pemburu itu pun terdiam sejenak memikirkan tawaran itu. Tidak lama, “Ampun, Baginda! Jika Baginda benar-benar menyukai burung parakeet ter­sebut, silakan kirim pengawal untuk me­ngambilnya!” kata si Pemburu sambil memberi hormat. Sang Raja sangat senang mendengar jawaban si Pemburu. Ia pun segera memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mengambil burung parakeet tersebut dan menyerahkan uang yang dijanjikannya kepada si Pemburu.

Si Parkit pun dibawa ke istana dan dimasukkan ke dalam sangkar emas. Setiap hari si Parkit disediakan makanan yang enak. Meksipun semuanya serba enak, namun si Parkit tetap tidak senang, karena ia merasa terpenjara. Ia ingin kembali ke hutan belantara tempat tinggalnya dulu, agar ia bisa terbang bebas bersama rakyatnya. Karena merasa sedih, si Parkit sudah beberapa hari tidak mau menyanyi untuk sang Raja. Mengetahui burung parakeetnya tidak mau menyanyi lagi, sang Raja mulai bimbang memikirkan burung parakeetnya. Karena ingin tahu keadaan burung itu yang sebenarnya, maka sang Raja pun memanggil petugas istana, “Kenapa burung parakeetku tidak mau bernyanyi lagi beberapa hari ini? Dia sakit, ya?”. Petugas Istana itu menjawab, “Maaf, Tuanku. Hamba juga tidak tahu apa sebabnya. Saya telah memberinya makan seperti biasanya, tetapi tetap saja ia tidak mau bernyanyi,”. Mendengar jawaban dari Petugas Istana tersebut, Raja Aceh menjadi sedih melihat burung parakeetnya yang tidak mau bernyanyi lagi. “Ada apa, ya?” gumam sang Raja.

Beberapa hari kemudian, si Parkit bah­kan tidak mau memakan apa pun yang di­sediakan di dalam sangkar emasnya. Ia terus teringat pada hutan belantara tempat tinggalnya dulu. Si Parkit pun mulai berpikir, “Bagaimana caranya ya….aku bisa keluar dari sangkar ini?”, gumam si Parkit. Tak lama, ia pun menemukan akal, “Aahh….aku harus berpura-pura mati lagi!”, si Parkit tersenyum sambil membayangkan dirinya lepas dan terbang tinggi. Akhirnya, pada suatu hari, ia pun berpura-pura mati. Petugas Istana yang mengetahui si Parkit mati segera menghadap sang Raja. “Ampun, Tuanku. Hamba sudah merawat dan memelihara sebaik mung­kin, tapi burung parakeet ini tidak tertolong lagi. Mungkin karena sudah tua,” kata Petugas Istana melaporkan kematian si Parkit. Sang Raja sangat sedih mendengar berita kematian burung parakeetnya, sebab tidak akan ada lagi yang meng­hi­burnya. Meskipun sang Raja masih memiliki burung parakeet yang lain, tetapi suaranya tidak semerdu si Parkit. Karena si Parkit tidak bisa tertolong lagi, “Siapkan upacara penguburan! Kuburkan burung parakeetku itu dengan baik!” perintah sang Raja. “Siap, Tuanku! Hamba laksanakan!” sahut Petugas Istana.

Penguburan si Parkit akan dilaksanakan dengan upacara kebesaran kerajaan. Pada saat persiapan penguburan, si Parkit dikeluarkan dari sangkarnya karena dianggap sudah mati. Ketika ia melihat semua orang sibuk, dengan cepatnya ia terbang setinggi-tingginya. Di udara ia berteriak dengan riang gembira, “Aku bebaasss…!!! Aku bebaasss….!!!. Orang-orang hanya terheran-heran melihat si Parkit yang dikira sudah mati itu bisa terbang tinggi. Akhirnya si Parkit yang cerdik itu bebas terbang ke hutan belantara tempat tinggalnya dulu yang ia cintai. Kedatangan si Parkit pun disambut dengan meriah oleh rakyatnya.
Akhirnya, Si Parkit, Raja Parakeet, kembali tempat tinggalnya.

Sahabat bil-science,cerita ini menggambarkan kewajiban seorang pemimpin yaitu,"pemikiran dan pengorbanan". Sebagai seorang pemimpin yang baik kita harus bersedia merasakan susah atau sulit untuk kepentingan orang banyak. Salah satunya ialah menguras otak untuk berpikir dan melakukan pengorbanan yang bukan hanya berbentuk materi tetapi non-materi juga.

Jadi untuk para sahabat bil-science sekiranya jika ada yang menjadi seorang pemimpin besar contohlah sikap sang burung parakeet yang bijaksana. Marilah bersama-sama kita melakukan introspeksi diri apakah kita sudah bersikap seperti burung parakeet atau masih bersikap egois terhadap sesama kita menusia.

^^ Good Luck

Minggu, 27 Maret 2011

Waktu, Kecepatan, dan Keuangan Anda


Sebelumnya mungkin Anda pernah membaca artikel berhubungan tentang waktu di blog ini.


Manusia kebanyakan, termasuk saya, biasanya sulit untuk bisa menghargai dan memanfaatkan waktu yang kita miliki di dunia ini, baik secara sadar maupun tidak sadar.


Di dalam agama masing-masing kita pun sudah diingatkan tentang hal tersebut dalam surat The Declining Day, yang bahasa Arabnya Al-Ashr atau terjemahannya Masa / Waktu.


Berkaitan dengan waktu, lalu apa hubungan antara waktu, kecepatan, dan uang?


Dalam Business Sessions dari TDW Mastery yang baru saya download beberapa hari lalu, Tung Desem Waringin mencontohkan Robert Kiyosaki yang bertanya pada para audience seminarnya yaitu nasabah sebuah bank di Jepang - pilih mana, uang $100,000 atau $10,000?


Jawabannya apa?


Jika dibanding punya uang $100,000 tapi didapat dari simpanan di bank yang butuh waktu 50 tahun karena bunga kecil dan inflasi, ya lebih baik punya $10,000 tapi dihasilkannya per menit.


Jadi bukan berapa banyak, tapi berapa cepat.


Prinsip ini juga sebenarnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Joe Vitale:
“Money likes speed. That's the secret few know about money.”


Uang menyukai kecepatan. Itulah rahasia tentang uang yang hanya diketahui sedikit orang.


Namun di sini Joe lebih menekankan pada penerapan action atau tindakan setelah sebuah ide muncul. Misalnya, dikisahkan dalam buku Ready, Fire, Aim oleh Michael Masterson bahwa Joe punya ide untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan nama tenar Elvis Presley yang legendaris dan punya banyak penggemar.


Ia pun segera bertindak dan meminta Nerissa, rekan wanitanya, untuk membuat gambar ikan duyung Elvis dengan photoshop dan menjualnya dalam bentuk foto di eBay.


Setelah foto tersebut terjual pada sebuah stasiun radio dan ia mendapat publisitas gratis (karena ia mencantumkan situsnya yang lain di eBay dan ia diundang di acara radio tersebut), Joe mengatakan bahwa kemudian ia baru tahu kalau sebenarnya ia tak boleh menggunakan nama orang terkenal seperti Elvis untuk keperluan komersial.


Tapi seandainya ia menunda dan tidak memanfaatkan waktu dengan bertindak cepat, maka ia akan tahu hal ini dan tak akan ada publisitas untuknya.

Jika Hasil Tak Kunjung Terlihat


Saat ini saya sedang menunggu buah dari usaha-usaha yang telah saya lakukan, dan saya tak tahu kapan saya bisa memetiknya. Saya yakin Anda pernah mengalaminya, atau mungkin malah sedang merasakan hal yang sama.

Kadang kita bertanya, kenapa hasil / kesuksesan
yang kita harapkan tidak kunjung datang? Apa yang salah dari apa yang telah kita lakukan?

Sebuah ilustrasi berjudul “The Treasure” (Harta Karun) karya Alice Grey yang saya dapati dalam buku Millionaire Mindset oleh Gerry Robert. Cerita ini mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan lebih mengena.



Berikut kisahnya. . .Jenny, seorang gadis kecil dengan rambut keriting keemasan sedang menunggu antrian pembayaran bersama ibunya. Ketika ia melihat sebuah kalung mutiara berwarna putih, ia memohon pada ibunya.

“Ibu, bisakah aku memilikinya? Bisakah?”

Ibunya kemudian melihat kalung tersebut, lalu kembali melihat mata biru anaknya yang penuh harap.

“Satu dolar 95 sen. Harganya hampir dua dolar. Jika kau memang mau, kau bisa menabung sendiri untuk membelinya. Ulang tahunmu tinggal seminggu lagi dan kau mungkin nenek akan memberimu uang.”

Segera setelah Jenny sampai di rumah, ia mengeluarkan isi tabungannya dan mendapati 17 sen. Setelah makan malam, ia pergi mengunjungi tetangganya Mrs. McJames dan meminta agar beliau mau memberi 10 sen untuk membantu memetik bunga dandelion (randa tapak). Di hari ulang tahunnya, nenek Jenny memang memberi uang satu dolar yang baru, sehingga akhirnya ia bisa membeli kalung tersebut.

Jenny sangat menyukai mutiara yang ia beli karena bisa membuatnya menjadi cantik dan lebih dewasa. Ia pun selalu memakainya ke manapun, bahkan ketika ia tidur. Saat ketika ia melepasnya hanyalah ketika berenang dan mandi, karena ibunya berkata bahwa bagian belakang lehernya bisa menjadi hijau jika kalungnya basah.

Jenny memiliki seorang ayah yang sangat penyayang, yang sebelum tidur selalu membacakan cerita untuknya. Suatu malam, ketika ia selesai membacakan cerita, ia bertanya pada Jenny.

“Apakah kau menyayangi ayah?”

“Tentu saja ayah, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah kalung itu pada ayah.”

“Ayah, jangan kalungku. Tapi ayah bisa memiliki Princess, kuda putih dari koleksiku. Yang ekornya putih, ayah ingat kan? Yang pernah ayah berikan padaku, Princess favoritku.”

“Baiklah, sayang.”

Ia lalu mencium pipi putri kecilnya itu. Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayah Jenny bertanya lagi.

“Apakah kau menyayangi ayah?”

“Tentu saja ayah, kau tahu itu.”

“Kalau begitu berikanlah kalung itu pada ayah.”

“Ayah, jangan kalungku. Tapi ayah bisa memiliki bonekaku dan ayah bisa memiliki selimut kuning yang cocok dengan tempat tidurnya.”

“Baiklah, tak apa. Selamat tidur, Tuhan memberkatimu, anakku. Ayah sayang padamu.”

Seperti biasa, ia mencium pipi anaknya dengan lembut. Beberapa hari kemudian ketika ayahnya memasuki kamar, Jenny sedang duduk di tempat tidurnya. Ketika ayahnya mendekat, ia melihat mata anaknya berkaca-kaca dan air mata membasahi pipinya.

“Ada apa?”

Jenny tak berkata apapun, tapi ia mengangkat tangan kecilnya. Ketika ia membuka genggamannya, kalung mutiara itu ada di dalamnya. Dengan nada suara gemetar, ia berkata,

“Ini ayah, ini untukmu.”

Dengan air mata di pelupuk, ayah Jenny mengambil kalung tersebut dengan satu tangannya, sementara dengan tangan yang satu lagi, ia mengambil sebuah kotak berwarna biru dengan mutiara asli dari dalam kantungnya.

Ayah Jenny selalu menyimpan mutiara tersebut. Ia hanya menunggu anaknya untuk menyerahkan mutiara tiruan miliknya untuk menukarnya dengan mutiara asli.

Apa yang Anda simpan sehingga Tuhan menunda pemberian-Nya? Kepercayaan apa yang menghambat Anda?

---

Tuhan mungkin menunggu akan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, tapi kita menahannya.



^^ Good Luck





Hambatan Bisa Jadi Peluang


Ada peribahasa, "when life gives you lemons, make lemonade". Jika Anda mendapat lemon, buatlah jus lemon / sari lemon. Ini juga berlaku pada gambar berikut, namun bunyinya menjadi "when life gives you a pile of snow in front of your door, make a refrigerator" (kalau yang ini saya karang sendiri...)
^^

Kalau kita kaitkan dengan kehidupan,peribahasa ini mengajarkan kita sebuah arti yang bisa diterapkan pada banyak kegiatan kita sehari-hari. Peribahasa ini juga mengajarkan kita arti untuk bersyukur.

Kita lihat gambar diatas. . .
Terlihat unik tapi menarik! Padahal sebelumnya es-es tersebut begitu indah,es-es tersebut hanya sebongkah benda yang tak berguna bagi para pemalas. Lain halnya dengan pemikiran seseorang yang kreatif,inspiratif dan bijaksana,-bendabenda yang tak berguna selalu bisa dijadikan hal indah dan menarik.
Kenapa kita tidak bisa begitu?

Kemudian adalah definisi hambatan. Hambatan adalah langkah yang sulit untuk mencapai kemudahan. Jadi kenapa langsung lemas atau kurang bergairah kalau diberikan sebuah hambatan?

Peluang juga tidak selalu datang disaat kita butuh,tetapi peluang datang saat kita tidak membutuhkannya bahkan terkadang tanpa kita sadari peluang lewat begitu saja dalam kehidupan kita. Jadi jika ada sebuah peluang,sahabat bil-science kiranya dapat mengambilnya walaupun terdapat beberapa resiko yang kurang menguntungkan.

^^ Good Luck

Sabtu, 26 Maret 2011

Jadilah Lampu yang Berarti


Suatu hari di sebuah desa kecil hiduplah seorang perjaka kuat yang baik hati serta bijaksana. Ia selalu membantu orangtuanya dalam menafkahi keluarganya. Pekerjaan yang ia jalani tergolong cukup berat,namun ia merasa segala sesuatu indah jika ia jalani dengan rasa cinta. Menurutnya,semua hal yang ada di dunia adalah hal yang indah jika bisa mencintai hal-hal tersebut.

Pada suatu malam ia memandang gemerlap lampu dan membandingkannya dengan para bintang ciptaan Tuhan. Ia berpikir manusia bagaikan lampu yang diciptakan manusia,namun Tuhan bagaikan bintang yang diciptakan Tuhan pula.

Ketika hari makin gelap ia berpikir mengenai kesombongan teman-teman dan para saudaranya. Dia menyesal atas perbuatan kerabat-kerabatnya tersebut. Ia berpikir,apakah yang mereka banggakan jika hidup mereka bagaikan lampu yang memang bisa menerangi beberapa objek kecil,tapi sejenak terang namun tiba-tiba mati begitu saja tanpa sebab apapun. Padahal di sudut lain Tuhan yang sebagai bintang selalu menerangi bumi serta isinya adalah abadi. Tuhan selalu menerangi apapun ketika malam hari yang sangat gelap dan kelam. Tapi apakah para kerabatnya tidak berpikir? Mungkin tidak. . .

Sebulan berlalu setelah renungan malam yang ia lakukan ternyata pemuda ini ikut mencalonkan diri sebagai kepala desa. Meskipun dirinya masih muda,tapi ia memiliki wawasan dan pemikiran yang sangat bijaksana. Pada babak 10 menit menarik perhatian rakyat oleh para calon kepala desa,sang pemuda membawakan pidato yang berkaitan dengan hal-hal seperti yang kita bahas tadi ternyata tanpa diduga ia terpilih sebagai kepala desa periode ini.

Dengan topik yang ia bawakan dalam pidatonya yang lalu kini desanya menjadi lebih baik. Adat saling menyapa pun rutin mereka lakukan. Saling menghormati dan menghargai,rela menolong,serta cinta alam dan kasih sayang terhadap sesama kini terlihat sangat amat jelas. Dan selalu begitu hingga masa jabatannya habis di tahun jabatannya yang ke-10.

Untuk sahabat bil-science,cerita ini memang hanya karangan fiktif belaka,namun arti kehidupan sang pemuda memang nyata dalam kehidupan kita. Manusia memang bagaikan sebuah lampu,5 detik yang lalu kita lihat masih menyala dengan terang tapi tiba-tiba 5 detik kemudian lampunya redup dan seketika mati.
Jika hidup manusia adalah sebuah lampu,"Jadilah Lampu yang Berarti" bagi semua orang.

^^ Good Luck

Kamis, 24 Maret 2011

Hidup Beralaskan Tanah


Hidup manusia terkadang seperti gelas kaca.
Mengapa?
Lihat saja gelas ini,






Setengah kosong atau setengah terisi?
Pilihan yang relatif bukan?
Sama juga dengan manusia,ada yang menilai positif ataupun menilai negatif.

Itulah sekilas tambahan dari saya mengapa saya mengambil judul "Hidup Beralaskan Tanah". Jadi apa hubungannya dengan gelas?
Karena manusia bagaikan gelas kaca yang mudah retak,jika jatuh ke lantai yang terbuat dari bahan yang mengeras akan sangat mudah untuk pecah,lain halnya jika jatuh ke lantai yang terbuat dari benda padat yang tidak terlalu keras yaitu "tanah".
Intinya ketika gelas kaca jatuh ke lantai yang keras maka ia akan mudah pecah,dan ketika gelas kaca jatuh ke lantai yang beralaskan tanah maka ia tidak mudah pecah dan terbelah.

Jadi maksudnya apa ya?
Begini,ketika gelas itu adalah manusia dan kedua lantai tersebut adalah sifat dari manusia serta gelas pecah adalah kegagalan atau kehancuran dari manusia itu sendiri.

Kalau gelas kaca jatuh ke lantai yang keras maka akan mudah pecah,berarti manusia akan lebih mudah hancur ketika sifatnya selalu berkeras hati dan egois ataupun hal lainnya yang bersifat negatif.

Kalau gelas kaca jatuh ke lantai yang beralaskan tanah yang lembut maka ia tidak mudah pecah dan terbelah,berarti manusia akan lebih tahan menghadapi kegagalan atau kehancuran dengan didampingi sifat yang sabar dan lemah lembut ataupun hal lainnya yang bersifat positif.

Untuk sahabat bil-science,baiknya kita bisa menjadi lantai yang terbuat dari tanah,sehingga saat gelas kaca tersebut jatuh maka gelas tersebut tidak mudah pecah.

"Terkadang hidup perlu pemikiran panjang yang sulit untuk dihentikan karena ketertarikan kita akan suatu pemikiran tersebut,tetapi jangan hentikan pemikiran itu karena pemikiran tersebut membuat engkau mengerti akan arti yang sepenuhnya."

^^ Good Luck

Apa Yang Perlu Ditakutkan


Dimanapun kau berada,kematian akan selalu datang menghampiri dirimu.
Meskipun kau berada pada benteng yang kokoh sekalipun.
Karena itu,janganlah kau takut kepada kematian tetapi takutlah akan dosa yang akan engkau pertanggungjawabkan terhadap Sang Pencipta! 

^^Good Luck

Rabu, 23 Maret 2011

Cinta Itu. . .


Cinta itu tidak melihat waktu. . .
Cinta itu formula terhebat di dunia. . .
Cinta itu sebuah tanda tanya. . .
Cinta itu kadang bisa lembut seperti sutra,terkadang pula bisa menjadi keras dan tajam layaknya pedang dammascus. . .
Cinta itu tidak konstan menurut sifatnya. . .
Cinta itu bergantung pada karakter objek yang mengalami proses dari cinta. . .
Cinta itu lebih kecil dari rasa tetapi lebih besar dari perasaan. . .
Cinta itu tidak memiliki kalkulator untuk berhitung. . .
Cinta itubagaikan sebuah tenaga dalam. . .
Cinta itu tidak terbatas dan tidak ada habisnya. . .
Cinta itu bisa memutar otak manusia 180 derajat. . .
Cinta itu bisa melihat tanpa mata. . .
Cinta itu bisa mendengar tanpa telinga. . .
Tapi Cinta itu tidak bisa ada ketika manusia berhati dingin. . .

^^Good Luck

Sabtu, 19 Maret 2011

Lebih Baik 2-1+5=6 Daripada 2+9-5=6


Mulai makin "Aneh" aja ya judulnya. . .
^^
Tapi makin seru juga buat disimak lho!

Judulnya mungkin terlihat rumit jika cuma dilihat dan tidak mengerti maksudnya.

Baiklah,bil-science pertama akan membahas tentang "2-1+5=6".
Ketika kita memilki benda sebanyak 2 buah,lebih baik kita memberikan sebuah benda dari 2 benda yang kita miliki untuk mendapatkan hasil yang lebih besar yaitu 5. Yang jika dihasilkan maka jumlahnya adalah 6.
Dalam hal ini kita diajari untuk berkorban untuk mencapai hal yang lebih besar.

Dan yang kedua tentang "2+9-5=6".
Saat kita memiliki 2 buah benda,kita berusaha menambah lebih banyak lagi(menambah 9 buah). Namun kita tidak berpikir kedepan bahwa hasil yang kita capai akan berkurang drastis(kekurangan 5). Padahal hasil yang dicapai sama juga,6 buah.
Dalam hal ini pasti ada penyesalan,dari benda yang berjumlah banyak malah berkurang drastis dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tidak sama seperti yang "2-1+5=6". Banyak sukacita didalamnya karena bendanya selalu bertambah dan bertambah.

Dari kedua kalimat matematika tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa kalimat matematika yang pertama lebih baik daripada yang kedua.

Bagaimana dengan Anda?
Tertarik kalimat yang pertama atau yang kedua?
"All of your life is about your choices"

^^Good Luck

Belajar Dari Pola Pikir Bebek


"Bebek? Emang apa sich specialnya seekor bebek? Kakinya pendek,jelek,kotor lagi!". Beginilah pendapat seseorang yang belum dapat berpikir luas.

Padahal dengan segala kekurangan bebek,Tuhan telah memberikan seekor bebek suatu kelebihan yang jarang dimiliki oleh para manusia,yaitu kedisiplinan serta kebersamaan.

Bebek selalu berbaris saat mereka sedang bersama-sama mencari makanan atau melakukan suatu kegiatan tertentu. Menurut pengamatan sebelah mata,hal ini nampak alamiah dari seekor bebek. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut memang benar-benar alamiah,tapi hal ini adalah suatu pelajaran bagi kita para manusia untuk bisa menjadi pribadi yang disiplin dan tingkat kebersamaan yang tinggi.

Lihat saja,kita para manusia di Indonesia,saat membeli tiket untuk pertandingan sepak bola atau menunggu giliran di rumah sakit. Kita selalu saja menyerobot ke bagian terdepan untuk bisa mendapatkannya lebih awal,padahal saudara-saudara kita yang lain sudah menunggu sejak lama tapi tetap saja kita tidak memikirkan bagaimana perasaannya.

Sekarang timbul sebuah pertanyaan,"Mulia" manakah antara kita(para manusia) yang selalu melangkahi hak orang lain dengan seekor bebek yang saling menghargai terhadap sesamanya?

Untuk sahabat bil-science,
kali ini terdapat 2 buah pepatah pada artikel ini,yaitu:
*jangan lihat sebuah buku dari sampulnya;dan
*antre lah seperti bebek.
^^
Sebuah kalimat penutup dari saya,

"Mempelajari sesuatu 'bukan harus' mempelajari dari sesuatu hal yang memiliki nilai yang lebih tinggi tapi dapat pula kita mempelajari dari hal yang bernilai lebih rendah."
__bil-science__

^^Good Luck

Jumat, 18 Maret 2011

Sesuatu Yang Lebih


Jika Anda menginginkan suatu hal yang belum pernah Anda miliki,Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan. (Thomas Jefferson)

Sebuah kata bijak lagi dari seorang Thomas,yang akan mengajari kita suatu hal yang lebih.

Dalam kehidupan,para manusia terkadang menjauhi resiko"kegagalan" bahkan berusaha menghilangkan resiko dalam hidup. Tapi kita akan membahas tentang mengambil resiko.

Ada beberapa orang yang mungkin akan menilai saya menyesatkan orang,namun inilah kenyataannya. Semakin besar resiko yang berani Anda hadapi maka akan besar pula hasil yang Anda dapatkan.

Sama seperti apa kata pepatah "apa yang Anda tanam,itu pula yang Anda tuai".

Seperti kisah seorang anak muda ini,ia datang dari pedesaan ke kota besar hanya untuk membesarkan nama desanya yang memang memiliki nilai alam yang sangat tinggi.
Dalam perjalanannya ke kota memang membutuhkan dana yang cukup besar,meskipun uang yang ia miliki tidak sesuai dengan harapan tapi ia tidak segera mengurungkan niatnya.

Saat menaiki sebuah bis menuju kota,ia menyaksikan seorang nenek yang sedang di rampok di bangku depan. Tidak ada seorangpun penumpang yang berani menghadapi sang rampok karena pisau yang ia gunakan. Ia berpikir sejenak,apa yang harus ia lakukan. Ia bergumam dalam hati,"kalau saya melawannya mungkin si perampok akan menusuk saya dengan pisau yang ia bawa. Tapi kalau saya biarkan mungkin nenek itu yang terluka oleh sang perampok".

Tapi langsung saja pemuda ini melawan sang perampok dan terjadi sedikit pergumulan antara mereka berdua. Sang pemuda sedikit tergores pisau  sang perampok,tapi sang perampok habis dihajar oleh pemuda desa tersebut. Lalu beramai-ramai penumpang menggiring perampok tersebut menuju kantor polisi yang berada tidak terlalu jauh dari TKP.

Selesai peristiwa tersebut sang nenek berterima kasih atas pertolongan sang pemuda. Merekapun berbincang akrab di dalam bus. Sang pemuda menceritakan apa maksud tujuannya berangkat ke kota. Kemudian sang nenek tersenyum dan berkata,"Oh,jadi tujuan kamu,mau mempromosikan desa kamu tapi faktor ekonomi sedikit menghambat kamu ya? Ya sudah,kalau begitu nenek akan menjanjikan sesuatu buat kamu."
Pemuda bertanya kebingungan,"Apa itu,nek?".
"Nanti ya,sampai di rumah nenek baru nenek beri tahu". Balas si nenek.

Ketika samapi di rumah sang nenek,pemuda tadi terkejut bukan main melihat rumah mewah yang ditinggali sang nenek.
Sang nenek memperkenalkan pemuda tersebut dengan anaknya yang merupakan salah seorang manager periklanan. Di ruang tamu mereka melakukan perbincangan dengan suasana akrab didalamnya. Keluarga nenek tersebut juga sangat rendah hati,terbukti sang nenek mau menaiki bis umum padahal anaknya memiliki 2 mobil pribadi.

Saat pembicaraan berlangsung hal yang ditunggu-tunggu sang pemuda pun terjawab.
"Nenek tadi menjanjikan sesuatu kan? Berhubung anak nenek seorang manager periklanan nanti nenek bakal iklanin desa kamu ya,nak!".
"Yang benar nek?"
"Ya..."
Sang pemuda kembali berterima kasih kepada sang nenek akan kebaikan hatinya.

Ternyata modal nekat adalah modal yang cukup untuk membesarkan nama desanya,melebihi besarnya nilai mata uang. ^^

Dalam kisah ini bisa kita perhatikan sang pemuda berani mengambil resiko,dan apa yang ia dapatkan? Hasil yang WAH. . . bukan?

Untuk sahabat bil-science,kiranya kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi semuanya.

Dan jangan lupa,"Ambil resiko,untuk hasil yang lebih!"

^^ Good Luck

Rabu, 16 Maret 2011

Mencari Adalah Hal Yang Menyenangkan


Masih ingatkah Anda ketika disuruh mencari suatu benda yang hilang? Atau Anda pernah kehilangan?

Sebenarnya hal itu menyenangkan jika Anda dapat berpikir positif. Begini misalnya,ketika misalnya kunci motor Anda hilang pastinya Anda akan merasa sangat kesal. Tapi,ketika hal ini terjadi Anda akan mendapat banyak pelajaran.

Salah satunya,Anda akan lebih berhati-hati. Karena pasti Anda tidak ingin jatuh kelubang yang sama lebih dari sekali,betul?

Kemudian jika kita pautkan pada peristiwa berantai(chain even),Anda akan mendorong motor tersebut menuju bengkel terdekat. Ketika Anda mendorong motor tersebut Anda mendapatkan sebuah pelajaran lagi mengenai betapa sulitnya kehidupan ini sehingga Anda harus berusaha lebih keras dalam menjalaninya.

Dan saat Anda merasa sangat lelah,Anda merasa haus dan kemudian Anda akan minum setelah sampai ke tempat tujuan,saat Anda sampai ke tujuan,Anda akan merasakan kenikmatan air tersebut,dan sebuah pelajaran lagi mengenai kenikmatan luar biasa akan hasil jerih payah setelah bekerja keras.

Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa berantai lainnya sesuai dengan keadaan yang ada,mungkin melihat lingkungan alam atau melihat lingkungan sosial maupun melihat bagaimana diri kita sendiri.

Untuk sahabat bil-science,seharusnya kita sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran dapat berpikir positif untuk segala hal yang pernah kita hadapi,sehingga hidup kita tidak memiliki banyak beban pikiran akibat terlalu sering berpikir negatif.

^^Good Luck

KaTiBeMe KaBi


"KaTiBeMe KaBi" apakah ini?

Kata-kata ini memiliki kepanjangan,ada yang tahu? Belum kan?
"KaTiBeMe KaBi" maksudnya adalah. 
*Ka-lau
*Ti-dak
*Be-rani
*Me-ncoba
*Ka-pan
*Bi-sa?
Sejenak kita membaca sepertinya biasa saja dech bahkan terdengar aneh ya,tapi tahukah sahabat bil-science bahwa kata-kata KaTiBeMe KaBi bisa menjadi suatu prinsip bagi pribadi kita dengan mengubah cara kita memahaminya. Seperti yang saya lakukan,mengubahnya menjadi sebuah kata-kata yang unik,yang dapat diingat,dan dapat dipahami dengan mudah.

Disisi lain,KaTiBeMe KaBi sebagai topik akan memberikan sebuah kisah pribadi saya untuk berbagi dengan Anda para sahabat bil-science.
^^ Hehe

Sore ini saya dan teman-teman akan menyelesaikan tugas kami untuk mengecat sekolah dengan didampingi seorang guru yang sangat bijak. Tapi sore ini saya mendapatkan sebuah kalimat yang menurut saya sangat baik untuk dipublikasikan kepada sahabat bil-science dari seorang teman saya(Jaka) yaitu KaTiBeMe KaBi,seperti yang saya jelaskan diatas.
Awalnya,saya dan teman-teman mengerjakan tugas ini sambil bergurau agar tidak cepat merasa lelah. Namun,ketika sampai ke tempat yang tak terjangkau tersebut,saya meminta tolong pada salah seorang teman saya yang lainnya(Arif) untuk mengecat bagian yang tidak terjangkau tersebut menggunakan sebuah bangku kayu yang didirikan diatas sebuah meja.

Mungkin sedikit merasa ragu dengan hasil kerjanya,Arif berkata,"saya tidak bisa,bagaimana kalau Irwan saja?".
Irwan bergumam,"coba saja dulu!".
Langsung saja Jaka menambahkan,"Kalau Tidak Berani Mencoba Kapan Bisa?"
Kalimat ini langsung memaksa saya untuk berpikir dan berkata dalam hati "iya juga ya".
Tidak berapa lama Jaka berkata seperti itu,Arif langsung berani mencobanya.

Sebenarnya kisah ini memberikan sebuah keajaiban manusia untuk menaklukan tantangan dengan memberikan sebuah dukungan pada seseorang menggunakan tuturan kata yang disebut "Voice Support". Layaknya para pemain bola kaki yang berjumlah 11orang,"Supporter" merupakan pemain ke 12 di lapangan hijau.

Sahabat bil-science,kita sebagai manusia kiranya bisa saling menyemangati para saudara kita yang sedang merasa rendah,susah,kecewa,putus asa,ataupun hal lain yang dapat memojokkan orang tersebut.

^^ Good Luck

Senin, 14 Maret 2011

Hidup Berawal Dari Mimpi


Teman saya pernah berkata bahwa dia telah menyiapkan proyeknya saat dewasa nanti. Jujur,saya terkejut dengan proyek yang ia pikirkan. Membuat suatu kehidupan di planet Mars,itulah proyeknya.
Bagi sebagian orang hal itu hanya sebuah khayalan semata,tapi hal itu adalah mimpi yang mungkin dapat terwujud jika bersungguh-sungguh ingin mencapainya.

Imajinasi yang terlalu "berlebihan" terkadang dikatakan sebagai hal gila. Padahal,peralatan yang kita gunakan sehari-hari adalah hasil dari mimpi gila para pendahulu kita. Contohnya,handphone adalah benda yang mustahil ada saat dahulu. Tapi,karena benda tersebut benar-benar ingin diciptakan maka terciptalah benda tersebut. Bahkan menjadi sebuah benda biasa,yang kita gunakan sehari-hari.

Ada lagi contohnya sepeda motor,bagi kita masyarakat awam apakah ada yang tahu membuat sepeda motor? Tentu tidak,namun saat kita bermimpi akan membuat sepeda motor,tidak tertutup kemungkinan kita bisa menciptakannya. Namun jangan hanya sekadar bermimpi,bangun dari mimpi itu lalu segera realisasikan sebelum puing-puing mimpi mulai terkikis oleh waktu.

Untuk para sahabat bil-science,ada sebuah kalimat dari film kartun yang sangat menarik. Yaitu "Imajinasi" dari film kartun spongebob.

Pernyataan itu seakan menyuruh kita untuk memikirkan tujuan hidup kita yang masih sekadar angan-angan semata. Sebuah cerminan hidup yang layak kita terapkan dalam kehidupan kita untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna.

^^ Good Luck

Keajaiban Kecil Yang Besar


Guru saya pernah berkata,"Kamu itu pintar,tapi terlalu ceroboh untuk dikatakan pintar".
Kata-kata ini sampai sekarang masih tetap terngiang di telinga saya.

Begini kisahnya,pagi itu pelajaran matematika pada jam pelajaran pertama dimulai bersama seorang guru yang saya sukai cara mengajarnya. Seperti biasa kami memulai proses belajar mengajar di sekolah setelah beliau memasuki kelas yang berada di sebelah kanan kantor guru yaitu kelas IXa.

Ketika proses belajar suasana terasa tenang dan amat biasa(maklum beliau tidak suka siswanya ribut ketika jam pelajaran berlangsung). Namun,saat saya mulai merasa jenuh sang guru menjelaskan suatu rumus matematika yang menurut saya tidak perlu diajarkan karena tingkat kesulitannya yang tidak begitu sulit malahan cenderung dikatakan amat mudah.

Sambil menyepelekan pelajaran tadi saya membaca buku lain yang tidak ada hubungannya dengan matematika. Tiba-tiba saya ditegur oleh seorang teman saya,"bil,kok baca komik sich? gak nyimak,ntar gak paham loh...". Dengan santai saya menjawab,"pelajarannya gak penting kok! terlalu mudah sich!".
Lalu sebuah tanggapan yang mengubah cara berpikir saya keluar,
"Hal yang kecil itulah yang dapat membuat suatu hal menjadi luar biasa. Buktinya ketika kamu dulu masih bayi apakah kamu langsung berjalan dan kemudian berlari? tidak bukan? Tetapi kamu memulai segala sesuatunya dengan merangkak,setapak demi setapak untuk persiapan kamu,sebelum berjalan. Ketika kamu berdiri,hal apakah yang dapat membuat kamu mulai berjalan? "hanya menjaga keseimbangan". Kecil bukan? Namun hal kecil inilah yang bisa membuat kamu berjalan seperti sekarang ini."
Untuk para sahabat bil-science,ini merupakan kisah nyata yang sedikit saya revisi. Pada kisah tadi,sebuah tanggapan mulai membuka jendela pemikiran saya yang sebelumnya masih terlalu sempit,untuk dapat berpikir agak luas. Bahkan,karena pola pikir saya yang ceroboh mungkin saja bisa menjadi boomerang bagi diri saya. Tanpa saya sadari ternyata kehidupan ini menjadi luar biasa hanya oleh karena hal-hal kecil yang sempurna.

Sama halnya ketika berbicara,mudah bukan? Hanya tinggal membuka mulut dan berpikir keluarlah kata-kata tersebut. Namun,masih ingatkah ketika kita diajarkan begitu susahnya oleh Keluarga maupun Guru yang ada di sekolah? Saat kita berbicara tanpa tersadar,hal itu merupakan keajaiban dari hal-hal kecil yang kita lakukan dengan sempurna.

Apa teman-teman juga menyadari hal itu? Mungkin dari kita semua yang membaca artikel ini hanya beberapa saja yang berpikiran seperti itu. Tetapi setelah kita membaca kisah tadi,marilah bersama-sama kita menjadikan diri kita menjadi seorang pribadi yang lebih positif dan lebih baik dari sebelumnya.

^^ Good Luck

Minggu, 13 Maret 2011

Kacang Lupa Kulitnya


"Kacang Lupa Kulitnya" begitu bunyi pepatah,mungkin sebagian orang sudah mengerti apa  maksud pepatah ini,namun bagi sebagian orang masih bingung dari arti pepatah ini.

Saya mempunyai sebuah kisah tentang seorang laki-laki muda dengan latar belakang keluarga yang kurang menjanjikan untuk masa depannya. Namun,beruntunglah ia memiliki sahabat yang selalu membantunya mesikpun dalam kesulitan yang begitu hebat.

Suatu ketika ia harus meneruskan pendidikannya dengan biaya yang cukup besar,namun dengan latar belakangnya yang sekarang ia merasa tidak perlu melanjutkan pendidikan. Tapi dengan bantuan sang sahabat,ia dapat melanjutkan pendidikannya tersebut.
Ia pergi melanjutkan cita-citanya selama beberapa tahun dan menjadikan dirinya sebagai seorang yang ia harapkan dalam benaknya selama ini.

Saat ia pulang dari pendidikannya,ia kembali menemui sang sahabat. Dan berterima kasih atas apa yang sahabatnya lakukan. Membelikan oleh-oleh untuk para keluarga sahabatnya.

Namun,apa yang kelurganya dapat? Beberapa caci maki keluar dari bibirnya. Ia memprotes keadaan melalui kelurganya. Tapi tiba-tiba dia membeku dan merenung saat ibunya berkata-kata sambil berlinangan air mata.
"Kini,engkau anakku melupakan aku ibumu. Tahukah engkau? Saat engkau menangis,aku berusaha membuatmu tertawa. Saat engkau lapar,aku mengorbankan makanan ku hanya untukmu. Kemudian,ayahmu berusaha melangkahi nasib dengan berusaha mencari pekerjaan sesuai keahliannya,namun tidak bisa. Tahu untuk apa? Membesarkan engkau anakku,Apa balasnya untuk kebaikan kami hanya ini? Sungguh menyedihkan engkau anakku".

Sambil menangis sang anak meminta maaf atas perlakuannya terhadap keluarganya tersebut. Dengan lapang dada orangtuanya pun mengampuninya.

Pada kisah tadi sempat sang anak lupa pada keluarganya,namun inilah yang disebut "kacang lupa kulitya". Meskipun pada sudut pandang lain,ia bersifat sangat mulia pada sang sahabat.

Untuk sahabat bil-science,kiranya kisah ini bisa menjadi teladan hidup kita agar kita tidak menjadi seorang pribadi layaknya kacang lupa kulitnya.

^^Good Luck

Keberuntungan Datang Melalui Orang Lain


Tidak berlebihan kiranya saya menulis judul seperi itu. Disadari atau tidak hal ini sebetulnya secara tidak langsung masih berhubungan dengan konsep rezeki yang turun kepada kita adalah melalui perantara orang lain.

Sama halnya dengan keberuntungan, “keberuntungan” disini bisa berarti banyak. Bisa dalam hal social, ekonomi, persahabatan, masyarakat, hubungan bisnis, kerjasama dan lain – lain.

Lalu hal apa yang kita bisa upayakan untuk mendapatkan itu semua. Yang pertama, tentunya kita harus menempatkan kondisi sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Jangan terlalu memaksakan sebuah konsep kepribadian yang kaku dan cenderung tidak mau mengerti keadaan orang lain.

Jika hal itu sudah bisa kita lakukan, kita bisa meneruskannya dengan membangun sebuah jalinan hubungan yang baik. Komunikasi yang baik dan attitude serta respon kita pada orang lain ialah sebagai kunci utama dari semuanya. OK, sudah siapkah anda untuk mendapatkan keberuntungan dalam hidup anda?

^^ Good luck

Kacamata Kotor = Pandangan Negatif


Suatu ketika ada seorang DPR yang tugas keluar negeri untuk studi banding tentang tata kenegaraan ke suatu negara. Kedudukannya adalah ketua rombongan, sehingga wajar kalau disegani oleh seluruh anggota rombongan. Usianya sudah cukup untuk dikatakan tua. Agak kesulitan jika melihat sesuatu yang ada didekatnya. Oleh karenanya, saat membaca, saat melihat sesuatu yang dekat dibutuhkan alat bantu berupa kacamata.


Semua tugas telah dilaksanakan, tibalah saatnya waktu yang dinanti-nantikan. Yaitu free time yang biasa diisi dengan pergi ketempat wisata dan berbelanja atau sekedar membeli oleh-oleh. Sesuai pesanan keluarga, oleh-oleh kali ini berupa hiasan yang bisa dipasang di dinding, atau di meja ruang keluarga.

Tiap mengunjungi tempat wisata, selalu keluar kata-kata kagum dan pujian. Tentunya hal ini diangguki oleh para pendampingnya. Selesai agenda jalan-jalan, selanjutnya adalah mencari cendera mata.



Kali ini tujuan adalah ke toko penjual cendera mata. Diperhatikannya tiap pernik cendera mata dengan seksama, dan tentunya memakai kacamata ka. Namun ternyata ketua rombongan ini kurang berkenan dengan cendera mata yang dipajang di toko. Perkataan yang keluar hanyalah ungkapan-ungkapan negatif.


Ya kotorlah, kurang bagus, warna yang berantakan, dan lain-lain. Terpaksa pindah ke toko lain. Di toko lain pun, tetap sama, hingga akhirnya keluar masuk toko hingga pulang ke Indonesia dengan tidak membawa apa yang dipesankan keluarga.
Sesampainya di rumah, barulah sadar jika kacamata yang ia pakai ternyata kotor. :)
Renungan
Sahabat bil-science,cerita kali ini berkaitan dengan persepsi.
Maaf karena memakai kata DPR, bukan bermaksud apa-apa, ini hanya cerita fiktif saja. Jika memang benar, kebetulan saja :) .  Yang merasa, silahkan tersinggung :D

Cerita diatas menggambarkan bahwa segala peristiwa dan kejadian dalam kehidupan ini akan terlihat positif ataupun tidak tergantung dari kacamata yang kita pakai. Kacamata yang kita pakai akan membentuk persepsi, yaitu cara pandang berdasarkan pola pikir dan perilaku.

Setiap orang dapat mendeskripsikan situasi atau kejadian secara berbeda berdasarkan penglihatan mereka. Persepsi tersebut akan mempengaruhi pola pikir serta tindakan selanjutnya.

Dr. Wayne Dyer mengatakan, “When you change the way you look at things, the things you look at change. – Ketika Anda mengubah cara pandang terhadap sesuatu, maka apa yang Anda lihat akan berubah.”

Berpikir dan bersikap optimis tentu membantu persepsi Anda lebih jernih, sehingga nampak jelas peluang-peluang baru yang dapat menolong situasi Anda atau memandu Anda menuju sukses dan kebahagiaan.


Read more:
http://www.resensi.net/

Kebenaran Lebih Hebat Daripada Kecurangan


Kecurangan kadang terlihat seperti sesuatu yang begitu amat menarik untuk dilakukan. Begitu mudah, instant, tidak perlu proses yang lama dan kenikmatanpun bisa segera dinikmati.

Namun berbeda halnya dengan kebenaran, terkadang terlihat tidak menarik, perlu proses, perlu biaya, pengorbanan, perlu menjaga hati dan lainnya.

Namun inilah hasil akhirnya:
Kecurangan seperti asap, yang sebentar terlihat namun dlm sekejap pula menghilang.


Sementara kebenaran sekalipun terkadang sepertinya lambat namun ia terus bergerak naik, semakin terang bagaikan siang dan akan terlihat jelas.

Dan 1 hal yang perlu kita ketahui adalah, kecurangan tidak akan pernah menang melawan kebenaran.

Berjuanglah untuk hidup dalam kebenaran dalam setiap aspek kehidupan kita,meskipun terkadang ada beberapa faktor yang dapat membawa kita kedepan pintu gerbang kecurangan.
^^

Selasa, 08 Maret 2011

Teguran Di Metromini


Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan
kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik.
Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuah
metromini yang menuju ke stasiun KA.

Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya
selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm...dia
tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana.
Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.

Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian
sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk
mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu,
akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa
dia berikan buat cucunya.

Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak
punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya.
Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa
mendapatkan minyak dan tepung gratis.

Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang
nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya.
Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu.
Tuhan memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.

Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali
makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang
terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya
menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak
pagi.

Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena
telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun
sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan,
Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat
saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya
buat saya.

Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya.
Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama
seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus,
seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.

***

Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun.
Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap
semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin,
itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat
saya berikan sebagai penghargaan buatnya.

Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan
Ibu. Terima kasih Nek.

Renungan Sang Roda


Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia,
tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan
dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi
hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu jari-jari yang jatuh dan
terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemana kah hendak di cari satu bagian
tubuhnya itu?

Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah di
tinggalkannya. Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di
perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati, berharap,
akan di temukannya jari-jari yang hilang itu.

Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di
tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan
dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei....semuanya
tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang,
semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak
istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah.

Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi
hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang,
bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut
di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.

Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa
menyegarkan. Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah.
Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda
tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam
hormat.

Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga
kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki
mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar,
seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan, serangga
itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda.

Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di
lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu
memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu
yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan,
memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda
pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang
dalam melakukan tugasnya.

***

Teman, begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan
terlalu kencang. Kita sering melupakan, ada saat-saat indah, yang terlewat di
setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil, yang sebetulnya menyenangkan, namun
kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa.

Hati kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup
dalam kebimbangan dan ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam
keadaan panik, dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu
di tekuni.

Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan pualam, kita pun
sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu. Teman, coba, susuri kembali
jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita
lewati. Runut kembali perjalanan kita.

Adakah kebahagiaan yang terlupakan? Adakah keindahan yang tersembunyi dan alpa
kita nikmati? Kenanglah ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Temukan
keindahan itu!!

Kenangan Pada Pasir dan Batu


Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka,
kini tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang,
hanya ada horison pasir yang terbentang.

Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang tak
putus. Susunannya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung di
setiap langkah yang mereka lalui. Sesekali debu-debu pasir menerpa tubuh, dan
membuat mereka berjalan merunduk, agar terhindar dari badai kecil itu.

Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat
tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat
ujung-ujung pakaian mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh
mereka ke arah belakang. Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapat
bertahan dari badai itu.

Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minum mereka terbuka, dan
terbawa angin yang kuat tadi. “Ah..kita akan mati kehausan disini, “ ujar
seorang pengembara. Lelah bertahan seusai badai, keduanya duduk tercenung,
menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis
sesuatu di atas pasir dengan ujung jarinya. “Kami sedih. Kami kehilangan bekal
minuman kami di tempat ini.” Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap
membereskan perlengkapannya.

Badai sudah benar-benar usai, dan keduanya pun melanjutkan perjalanan. Setelah
lama menyusuri padang, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan. “Kita selamat,
seru seorang pengembara, “lihat, ada air disana.” Mereka setengah berlari ke
arah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana.

Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Keduanya pun segera
minum sepuas-puasnya, dan mengambil sisanya untuk bekal perjalanan. Sambil
beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang
digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. “Kami bahagia. Kami
dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.”

Merasa bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya.
“Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas
pasir saat kita kehilangan bekal minum? Tersenyum mendengar pertanyaan itu, sang
sahabat mulai menjawab. “Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu dalam
pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan
catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya
lenyap dan pupus.”

“Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemuliaan itu dalam
batu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan
kesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat
menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya
tersimpan.”

Keduanya kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan merekapun kembali
meneruskan perjalanan mereka.

***

Teman, ada kalanya memang, kita menemui kesedihan dan kebahagiaan. Ada kalanya,
keduanya hadir berselang-seling, saling berganti mewarnai panjangnya jalan hidup
ini. Keduanya, saya yakin, memberikan kita semacam memori yang kerap membuat
kita terkenang.

Namun, adakah kita mau bersikap seperti pengembara tadi? Maukah kita menjadi
seorang yang pemaaf, yang mampu untuk menuliskan setiap kesedihan dalam pasir,
agar angin keikhlasan mampu membawanya pergi? Maukah kita menjadi seorang yang
tegar, yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin
ketulusan?

Dan teman, cobalah pula untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan
yang kita miliki. Simpanlah semua itu dalam kekokohan hati kita, agar tak ada
apapun yang mampu menghapusnya. Torehlah kenangan kebahagiaan itu, agar tak ada
angin kesedihan yang mampu melenyapkannya.

Saya yakin, angin kebahagiaan dan keikhalasan, akan mampu menggantikan tulisan
kesedihan kita di atas pasir kesusahan. Sementara, pahatan kebahagiaan kita,
akan selalu terkenang dan membuat kita optimis dalam menjalani panjangnya hidup ini.

Kisah Si Cangkir


Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

***

Teman, seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Tuhan.

"Teman, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Tuhan sedang membentuk Anda. Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai.Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

Senin, 07 Maret 2011

Ketelitian Hidup


Di sebuah ruang kuliah, seorang profesor kedokteran memberikan kuliah
perdananya. Para mahasiswa baru itu tampak serius. Mata mereka terpaku menatap
profesor, seraya tangan sibuk mencatat.


"Menjadi dokter, butuh keberanian dan ketelitian," terdengar suara sang
profesor. "Dan saya harap kalian dapat membuktikannya." Bapak itu beranjak ke
samping. "Saya punya setoples cairan limpa manusia yang telah direndam selama 3
bulan." Profesor itu mencelupkan jari ke dalam toples, dan memasukkan jari itu
ke mulutnya. Terdengar teriak-teriak kecil dari mahasiswa itu. Mereka terlihat
jijik. "Itulah yang kusebut dengan keberanian dan ketelitian," ucap profesor
lebih meyakinkan.

"Saya butuh satu orang yang bisa berbuat seperti saya. Buktikan bahwa kalian
ingin menjadi dokter." Suasana aula mendadak senyap. Mereka bingung: antara
jijik dan tantangan sebagai calon dokter. Tak ada yang mengangkat tangan. Sang
profesor berkata lagi, "Tak adakah yang bisa membuktikan kepada saya? Mana
keberanian dan ketelitian kalian?”

Tiba-tiba, seorang anak muda mengangkat tangan. "Ah, akhirnya ada juga yang
berani. Tunjukkan pada teman-temanmu bahwa kau punya keberanian dan ketelitian.”
Anak muda itu menuruni tangga, menuju mimbar tempat sang professor berada.
Dihampirinya stoples itu dengan ragu-ragu. Wajahnya tegang, dan perasaan jijik
terlihat dari air mukanya.

Ia mulai memasukkan jarinya ke dalam toples. Kepala menoleh ke samping dengan
mata yang menutup. Teriakan kecil rasa jijik kembali terdengar. Perlahan,
dimasukkannya jari yang telah tercelup lendir itu ke mulutnya. Banyak orang yang
menutup mata, banyak pula yang berlari menuju kamar kecil. Sang professor
tersenyum. Anak muda itu tersenyum kecut, sambil meludah-ludah ke samping.

"Aha, kamu telah membuktikan satu hal, anak muda. Seorang calon dokter memang
harus berani. Tapi sayang, dokter juga butuh ketelitian." Profesor itu menepuk
punggung si mahasiswa. "Tidakkah kau lihat, aku tadi memasukkan telunjuk ke
toples, tapi jari tengah yang masuk ke mulut. Seorang dokter memang butuh
keberanian, tapi lebih butuh lagi ketelitian."

***

Tantangan hidup, kadangkala bukan untuk menghadapi kematian. Tapi, justru
bagaimana menjalani kehidupan. Banyak orang yang takut mati. Tapi, tidak sedikit
yang memilih mati ketimbang hidup. Banyak yang menghabisi hidup pada jalan-jalan
tercela. Banyak pula yang enggan hidup hanya karena beratnya beban kehidupan.

Ujaran profesor itu memang benar. Tantangan menjadi seorang dokter-dan
sesungguhnya, menjadi manusia-adalah dibutuhkannya keberanian dan ketelitian.
Bahkan, tantangan itu lebih dari sekadar mencicipi rasa cairan limpa di toples.
Lebih berat. Jauh lebih berat. Dalam kehidupan, apa yang kita alami kadang lebih
pahit dan menegangkan. Namun, bagi yang teliti, semua bisa jadi manis, menjadi
tantangan yang mengasyikkan. Di sanalah ditemukan semua rasa, rupa dan suasana
yang mendidik. Dan mereka dapat dengan teliti memilah dan memilih.

Teman, hati-hatilah. Hidup memang butuh keberanian. Tapi, akan lebih butuh
ketelitian. Cermati langkahmu, waspadai tindakanmu. Hati-hati saat "mencelupkan
jari" dalam toples kehidupan. Kalau tidak, "rasa pahit" yang akan kita temukan.