Selasa, 08 Maret 2011
Renungan Sang Roda
Pukul
6:43 PM
Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia,
tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan
dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi
hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu jari-jari yang jatuh dan
terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemana kah hendak di cari satu bagian
tubuhnya itu?
Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah di
tinggalkannya. Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di
perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati, berharap,
akan di temukannya jari-jari yang hilang itu.
Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di
tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan
dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei....semuanya
tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang,
semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak
istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah.
Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi
hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang,
bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut
di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.
Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa
menyegarkan. Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah.
Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda
tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam
hormat.
Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga
kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki
mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar,
seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan, serangga
itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda.
Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di
lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu
memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu
yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan,
memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda
pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang
dalam melakukan tugasnya.
***
Teman, begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan
terlalu kencang. Kita sering melupakan, ada saat-saat indah, yang terlewat di
setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil, yang sebetulnya menyenangkan, namun
kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa.
Hati kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup
dalam kebimbangan dan ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam
keadaan panik, dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu
di tekuni.
Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan pualam, kita pun
sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu. Teman, coba, susuri kembali
jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita
lewati. Runut kembali perjalanan kita.
Adakah kebahagiaan yang terlupakan? Adakah keindahan yang tersembunyi dan alpa
kita nikmati? Kenanglah ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Temukan
keindahan itu!!
Label:
renungan