Rabu, 08 Juni 2011
Cinta Adalah Keajaiban
Pukul
1:34 PM
Seorang anak menangis. Usianya baru 5 tahun. Ayahnya membentak dengan keras. Sungguh sakit rasanya. Padahal ia hanya ingin bermain-main dengan ayahnya. Sang ayah baru pulang kerja dan sangat lelah. Melihat anaknya menangis, sang ayah pun menyesal. Ia peluk anaknya. Ia katakan: “Maafin Ayah Sayang.” Sang anak tak bergeming. Ia benar-benar kecewa pada ayahnya. Ia bahkan terus menangis sesegukan. Hal yang membuat hati sang ayah teriris-iris sembilu. Dan air mata pun mulai menggenang di matanya.
Kembali ia membujuk anaknya. “Nak, ayah mohon. Maafin ayah. Ayah tak bermaksud menyakitimu. Ayah sayang banget sama kamu”
“Aku cuma ingin main sama Ayah. Apa itu salah?”
“Tidak Nak, Tidak. Kamu tidak salah. Ayah yang salah telah membentakmu. Maafin ayah ya?” air mata sang ayah pun mengalir makin deras.
Sang anak terdiam sejenak. Tapi tangisnya telah berhenti.
Ayahnya berkata lagi: “Yuk, kamu mau main apa sih sama Ayah?”
“Aku mau main bola, Ayah. Nih bolanya dah aku siapin”
“Ayo kalau begitu” Kata sang Ayah sambil menuntun anaknya ke halaman. Tapi tiba-tiba ayah berhenti. Anaknya mengikuti berhenti juga.
”Kamu udah maafin Ayah kan, Sayang?” Tanya ayah.
Sang anak tersenyum dan mengangguk. Senyuman dan anggukan yang melegakan hati Ayah. Ayah pun memeluk. Sang anak membalas pelukan itu dengan erat. Dan ketika keduanya melepas pelukan, dua hati telah kembali ke fithrah bahagianya. Mereka pun bermain bola dengan asyik dan gembira sampai bermandikan keringat. Ajaib. Kelelahan sang ayah setelah bekerja seharian justru hilang. Mereka pun masuk ke dalam rumah dengan gembira.
Saudara yang baik, cerita di atas mungkin sering terjadi pada banyak orang. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sana, diantaranya:
Kemarahan kecil berdampak besar.
Bentakan sang ayah yang spontan mungkin terwujud dalam satu atau dua kata saja, misalnya : diam!, kenapa?, Nanti dulu! Dan sebagainya. Tapi karena kata-kata itu terlontar dari kemarahan, maka dampaknya sangat negatif. Kata-kata itu menusuk hati anaknya sampai membuatnya menangis. Mungkin karena harapan besar sang anak diluluhlantahkan seketika.
Diperlukan banyak cinta dan usaha untuk meredakan akibat buruk kemarahan.
Agar hubungan ayah – anak ini kembali bahagia, sang ayah harus menguras energi yang besar. Dari menyesal, minta maaf, membujuk, memeluk, bahkan sampai menangis. Itulah yang saya maksud dengan judul tulisan ini. Satu kemarahan membutuhkan 10 kasih sayang. Dan bisa juga dibalik. 10 kasih sayang bisa hilang oleh 1 kemarahan. Sama seperti kemarau satu tahun yang tak berbekas lagi karena turun hujan seharian. Karena ada fakta seperti ini, maka sebaiknya anda membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. Bagaimana dengan kemarahan anda? Ya, kemarahan itu tetap ada dalam diri anda. Sewaktu-waktu bisa muncul. Tapi, saat waktunya tiba, anda bisa marah dengan cara yang baik.
Sering terjadi kontradiksi antara suara hati dengan tindakan.
Apakah setiap ayah mengasihi anaknya? Apakah setiap ayah rela berkorban apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya? Apakah ayah bekerja keras luar biasa demi kepentingan anaknya? Jawaban ketiga pertanyaan ini adalah : Pasti. Itulah suara hati setiap ayah. Tapi, suara hati itu sering juga tertutupi oleh berbagai tabir. Tabir itu membuat sang suara hati terhalangi dan tidak mewujud menjadi tindakan. Tabir-tabir itu mungkin bernama kelelahan, kemarahan, egoisme, kesibukan, godaan, ambisi karir, dan sebagainya. Maka hadirlah tindakan dan perkataan yang justru bertolak belakang dengan suara hati. Bekerja lembur setiap hari, sampai melewatkan momen-momen bermain dengan anak-anak. Lupa akan hari ulang tahun istri/suami atau anak-anak karena terlalu sibuk. Terlalu mengandalkan pengasuh untuk mendidik anak. Mengekspresikan cinta pada keluarga sebatas banyaknya uang yang diberikan. Berhati-hatilah…
Betapa mudahnya seorang anak untuk memaafkan dengan tulus.
Pagi hari, anak anda mungkin berantem dengan temannya. Tapi siang hari, mereka telah bermain dengan asyik lagi. Yap. Anak-anak itu sangat mudah memaafkan dan kembali menikmati hidup bahagianya. Mereka tidak lama-lama dibayangi oleh dendam yang merusak hidup. Karenanya sangat lah pantas bila setiap kita belajar pada anak-anak untuk sesegera mungkin memaafkan kesalahan orang lain pada kita.
Cinta itu ajaib.
Percayailah cinta, karena cinta selalu yakin pada anda. Nikmatilah cinta, karena tak ada yang lebih indah darinya. Jadilah cinta, karena memang itulah sejatinya diri anda. Dan keajaiban pun akan terus menghampiri anda.
Nah saudara, berhati-hati lah dengan emosi anda. Anda harus bisa mengendalikan ekspresi emosi itu agar tidak merusak siapapun. Tidak merusak anda, dan orang-orang yang anda cintai. Selamat berekspresi.^^ Good Luck. . .