Terinspirasi dari sebuah cerita renungan dari Ajahn Brahm, petapa dan penulis buku "Cacing dan Kotoran Kesayangannya" yang berjudul Senyum Dua Jari. Cerita tersebut sangat berkesan untuk pribadi saya sendiri dan saya pun mempraktikkannya setiap kali saya merasa berat untuk tersenyum. Terlebih saat aku sedang mengalami banyak masalah.
Siapa sih yang tidak punya masalah dalam hidup ini? Setiap kali ada yang melemparkan pertanyaan, "Yang merasa tidak punya masalah, silakan angkat tangan!" dan setiap kali itu juga saya tidak pernah melihat ada yang mengangkat tangan. Itu berarti, setiap pribadi dari kita, memang mempunyai masalah tersendiri. Entah masalah ringan, berat, kecil, besar; judulnya ya "Masalah". Dan masalah itu membuat kita pusing, bete, kesel atau bahkan bisa marah-marah sendiri.
Parahnya, saat kita sedang mengalami masalah, terkadang kita menjadi manusia yang paling egois. Kenapa saya bisa bilang begitu? Memang kenyataannya begitu kok . Disaat kita sedang mengalami masalah, kita fokus terhadap diri sendiri dan 'memaksa' orang-orang di sekitar kita untuk mengerti permasalahan kita. Kita bahkan sering mengasihani diri sendiri dan berkata, "Saya adalah orang yang paling malang di dunia ini. Kenapa saya mengalami masalah ini? Kenapa tidak ada satupun orang yg mengerti saya?"
Lihat kan? Kita menjadi egois dan tidak lagi peduli dengan keadaan di sekitar kita karena kita merasa "sedang ada masalah". Tidak seperti itu dan tidak boleh seperti itu. Saya selalu berusaha untuk tidak seperti itu.
Sejak saya membaca buku Ajahn Brahm, renungan Senyum Dua Jari lumayan membantu saya. Bangun tidur, saya merasa berat untuk mengucap syukur mengingat masalah-masalah yang saya hadapi, lalu saya bercermin dan melihat wajah saya seperti nenek lampir. Kemudian, dengan terpaksa pada awalnya saya mencoba senyum dua jari ala Ajahn Brahm; saya meletakkan telunjuk kiri ke ujung kiri bibir saya, telunjuk kanan ke ujung kanan bibir saya, lalu saya menarik ke atas jari saya sehingga terbentuk sebuah senyuman yang konyol. Dan apa yang terjadi, saya tertawa melihat mimik wajah saya yang lucu. Lalu saya terkejut mendengar tawa saya sendiri, dan senyuman konyol berubah menjadi senyuman manis yang saya lihat di cermin. It works!
Saya memilih untuk bangun pagi dan melihat senyum manis yang penuh ucapan syukur dibanding melihat wajah nenek lampir. Saya memilih untuk bangun pagi dan mengucap syukur dibanding mengeluh dan mengaku kalah pada masalah yang saya hadapi.
Pilihan. Ya, apa yang kamu pilih? Saya memilih untuk berbagi resep sederhana ini. Saya tidak mengatakan bahwa dengan senyum dua jari ini masalah yang kita hadapi ini akan selesai begitu saja. Tidak, tetapi dengan senyum dua jari ini kita bisa belajar untuk lebih bersyukur lagi, bersyukur atas masalah yang kita hadapi, karena masalah tersebut menjadi bahan pembelajaran bagi kita, menjadi pribadi yang lebih dewasa, menjadi pribadi yang lebih kuat dan sabar. Dan yang paling penting, masalah yang kita hadapi itu, adalah jaminan bahwa kita masih WARAS. Bersyukurlah untuk itu!
Sejak itu, saya selalu ingin berbagi resep senyum dua jari ini ke siapapun. Terlebih untuk teman-teman saya yang sedang sedih atau pusing. Saya katakan, "Saya bukan superhero yang dapat membantu menyelesaikan masalah kalian, tetapi cobalah 'senyum dua jari' ini. Kalian akan melihat wajah yang paling ganteng / cantik di dunia ini! Saya tidak main-main, saya serius."
^^ Good Luck. . .