Sekedar Ngasih Saran. . .

Jadikan dirimu sesempurna mungkin,meskipun tiada yang sempurna di dunia ini!
Bentuklah duniamu dengan sikap yang mengagumkan...

Jumat, 26 Agustus 2011

Hadirkan Keramahan


Apa jadinya bila Anda sedang kesal atau ingin marah, tiba-tiba hadir di hadapan Anda seseorang dengan sikap ramahnya? Apakah Anda yakin akan sanggup untuk tetap mengaktualkan kemarahan Anda yang sudah mengintip di ujung bibir Anda dan sedikit saja Anda lupa mengatupkan bibir akan langsung meledak?
Dan bila Anda tetap berhasil memprovokasi diri Anda untuk tetap marah, apakah Anda berani yakin akan tetap bisa menghasilkan kualitas kemarahan sebagaimana telah Anda rencanakan di awal?

Saya tidak bermaksud mengolok-olok siapa pun yang memiliki kecenderungan baladeawaisme, tapi memang begitulah faktanya; keramahan dan sikap kalem mampu meredam ledakan amarah. Perhatikanlah sekitar Anda, atau bila Anda pernah menyaksikan siaran televisi yang mempertontonkan sekelompok pengunjuk rasa dengan segala atributnya, yang akhirnya membubarkan diri dengan damai ketika sepasukan petugas keamanan yang dengan segala ketenangannnya membiarkan diri mereka menjadi “tameng hidup” dengan integritas penuh tetap membentuk pagar hidup ?

Perhatikankanlah hal sebaliknya bagaimana kemarahan sekelompok orang ketika amarahnya mendapatkan reaksi sepadan dari pihak-pihak yang seharusnya menjadikan suasana tertib.

Dan yang pasti kekesalan atau kemarahan cenderung menjadikan seseorang menjadi tidak realistis dan tidak adil. Perhatikanlah bagaimana ketika sedang marah, kita cenderung melampiaskan kekesalan atau kemarahan kita kepada apa pun atau siapa pun. Anda mungkin pernah melihat seseorang yang memukulkan telapak tangannya ke meja, atau menghantamkan tinjunya ke dinding ketika sedang marah. Bahkan lebih ekstrim lagi tidak sedikit kemarahan itu berimbas juga pelampiasannya kepada pihak – pihak “yang dianggap” memiliki kedekatan dengan pemicu kemarahan Anda.
“Dasar anak Pak atau Ibu Anu, pantas saja kelakuannya seperti itu,” Atau “Dia juga warga kampung Anu, hajar saja sekalian.”

Kemarahan membimbing kita kepada pikiran negatif yang merusak.

Hal di atas adalah satu contoh saja dari kemarahan yang mengkerdilkan. Coba Anda kalkulasikan berapa banyak perceraian yang dapat terbatalkan seandainya saja ada keramahan pada diri masing-masing pasangan suami isteri, dan jumlah anak yang meninggal akibat narkoba terkurangi bila saja di dalam keluarga terjalin keramahan. Atau angka kematian akibat bunuh diri menjadi jauh berkurang, karena masing-masing orang memiliki keramahan dan penghargaan atas diri masing-masing.

Bila Anda sedang marah, mengapakah tidak Anda arahkan sahabat terbaik Anda yaitu jiwa Anda sendiri untuk beramah-tamah dengan diri Anda. Nasehatilah diri Anda sendiri untuk melihat hal-hal penyebab orang lain membuat Anda marah. Bila Anda kesal kepada putera-puteri Anda yang menurut Anda tidak patuh kepada Anda sebagai orang tua, jujurlah pasti ada hal-hal pada diri Anda yang terlewatkan penglihatan batin Anda sehingga anak Anda dijadikan sarana pengingatan bagi Anda. Demikian juga ketika pasangan Anda cenderung berlaku tidak sesuai dengan yang Anda kehendaki, pastilah ada andil dari diri Anda yang membuat pasangan berlaku demikian.

Jadi bila Anda ingin marah, pastikanlah Anda sadari akibatnya bagi diri Anda sendiri. Anda akan selamanya tersiksa oleh kemarahan Anda sendiri, bila tidak cepat-cepat mengundang keramahan sebagai sahabat bagi jiwa Anda. Karena sesungguhya kepada kita masing-masing telah dibekalkan secara adil sejak sejarah kelahiran, yaitu cinta kasih.


Sebab ada pepatah mengatakan,"Tak ada api yang tak padam oleh air."^^ Good Luck. . .