Jangan buang hari ini dengan mengkhawatirkan hari esok.
Gunung pun terasa datar ketika kita sampai di puncaknya
[Phi Deelta Kappan]
Manusia hidup tentu tidak pernah lepas dari yang namanya masalah. Dunia ini hakikatnya adalah tempat ujian untuk mengetahui mana yang beriman dan mana yang ingkar kepada Tuhannya. Detik demi detik yang kita lewati sebenarnya hanyalah menunggu pergantian waktu.
Dalam pergantian waktu ada orang yang memandang semuanya dengan penuh rasa optimis namun ada pula yang memandangnya dengan penuh rasa pesimis. Bagaikan melihat sebuah donat, orang yang optimis melihat donat sebagai makanan yang sangat lezat namun bagi sebagian lainnya hanya melihat lubang di tengah donat dan meratapi kenapa roti yang satu ini tidak bulat sempurna.
Dunia sekarang memang diliputi chaos. Pertukaran informasi global sangatlah cepat. Apa yang diketahui di Amerika bisa diketahui oleh orang-orang di Asia dalam waktu yang bersamaan. Apa yang ditulis saat ini bisa menjadi berita basi hanya dalam beberapa detik ke depan.
Akibat dari informasi media yang semakin menggila maka muncul pandangan bahwa masa depan umat manusia berada dalam kesuraman. Pemanasan global, tabrakan meteor, bencana alam, ledakan populasi, kurangnya air bersih, kelaparan dan kurangnya lahan pekerjaan menghantui sebagian besar manusia.
Bila ada satu hal yang paling sering menimbulkan penyakit dan banyak menimbulkan korban jiwa itu bukanlah faktor-faktor eksternal seperti yang tadi saya sebutkan. Ternyata penyebab utama masalah yang dihadapi manusia ada dalam diri mereka sendiri yaitu kekhawatiran.
Robert Frost pernah berujar, “Alasan mengapa kekhawatiran membunuh lebih banyak orang dibanding dengan kecelakaan kerja adalah karena lebih banyak orang yang penuh kekhawatiran dari pada bekerja”.
Depresi dan stres menjadi penyakit yang paling sering dialami oleh orang-orang terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Gaya hidup yang meningkat serta tuntutan kerja yang tinggi bukannya membuat meningkatnya produktifitas tetapi malah meningkatkan kekhawatiran, kekhawatiran tidak mampu menyesuaikan gaya hidupnya dengan tuntutan zaman.
Kemajuan zaman harusnya membuat manusia semakin nyaman karena banyak hal-hal yang memudahkan kehidupan mereka. Tetapi budaya hedonisme dan materialisme telah menghancurkan semuanya.
Demi meningkatkan efisiensi banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi sehingga banyak menimbulkan pemecatan. Bayangan gelombang pengangguran besar-besaran menghantui pikiran para karyawan yang masih bekerja. Apalagi di tengah krisis global seperti sekarang ini perampingan jumlah karyawan menjadi hal yang tidak dapat lagi dielakkan.
Jika ada karyawan yang dipanggil oleh bosnya maka hanya ada 2 pertanyaan. Apakah gajinya akan dinaikkan? Ataukah dirinya akan dipecat? Kalau naik gaji tentu syukur akan terucap tetapi bagaimana jika dipecat?
Manusia memiliki kemampuan untuk memilih respon terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Jika suatu hari Anda dikeluarkan dari pekerjaan Anda, apa yang akan Anda katakan kepada isteri tercinta?
Apakah Anda akan berkata, “Mah, dipecat nih. Bagaimana masa depan kita? Bagaimana sekolah anak-anak?”
Atau Anda akan berkata, “Yes !!! Terima kasih Tuhan. Hari ini Papah diberi kesempatan untuk membangun bisnis sendiri…”
You can choose to worry or you can choose to have faith.
Apakah Anda akan memilih untuk khawatir? Ataukah Anda akan memilih iman kepada Tuhan? Percaya bahwa Dialah yang menentukan takdir dan semuanya akan baik-baik saja?
Masalah bukanlah hal yang mengganggu kita. Tetapi cara kita memandang ialah suatu masalah yang merugikan kita. Semua tergantung cara pandang kita, apakah mau terus khawatir atau memilih untuk bertindak, melakukan sesuatu untuk mengubah hidup Anda.
Apakah sesuatu akan berubah hanya dengan kekahwatiran? Apakah keadaan akan membaik jika kita merasa khawatir?
Jika Anda merasa bahwa dengan khawatir maka masalah akan selesai dengan sendirinya maka silakan Anda khawatir. Tetapi jika Anda yakin bahwa masalah hanya bisa dirubah dengan tindakan dan bukannya kekhawatiran maka bertindaklah sekarang juga!
“Diberkatilah orang yang terlalu sibuk untuk khawatir pada siang hari dan terlalu lelah untuk khawatir di malam harinya, “ ujar Phil Marquart.
So, Don’t Worry...Be Happy !!
^^ Good Luck. . .
Gunung pun terasa datar ketika kita sampai di puncaknya
[Phi Deelta Kappan]
Manusia hidup tentu tidak pernah lepas dari yang namanya masalah. Dunia ini hakikatnya adalah tempat ujian untuk mengetahui mana yang beriman dan mana yang ingkar kepada Tuhannya. Detik demi detik yang kita lewati sebenarnya hanyalah menunggu pergantian waktu.
Dalam pergantian waktu ada orang yang memandang semuanya dengan penuh rasa optimis namun ada pula yang memandangnya dengan penuh rasa pesimis. Bagaikan melihat sebuah donat, orang yang optimis melihat donat sebagai makanan yang sangat lezat namun bagi sebagian lainnya hanya melihat lubang di tengah donat dan meratapi kenapa roti yang satu ini tidak bulat sempurna.
Dunia sekarang memang diliputi chaos. Pertukaran informasi global sangatlah cepat. Apa yang diketahui di Amerika bisa diketahui oleh orang-orang di Asia dalam waktu yang bersamaan. Apa yang ditulis saat ini bisa menjadi berita basi hanya dalam beberapa detik ke depan.
Akibat dari informasi media yang semakin menggila maka muncul pandangan bahwa masa depan umat manusia berada dalam kesuraman. Pemanasan global, tabrakan meteor, bencana alam, ledakan populasi, kurangnya air bersih, kelaparan dan kurangnya lahan pekerjaan menghantui sebagian besar manusia.
Bila ada satu hal yang paling sering menimbulkan penyakit dan banyak menimbulkan korban jiwa itu bukanlah faktor-faktor eksternal seperti yang tadi saya sebutkan. Ternyata penyebab utama masalah yang dihadapi manusia ada dalam diri mereka sendiri yaitu kekhawatiran.
Robert Frost pernah berujar, “Alasan mengapa kekhawatiran membunuh lebih banyak orang dibanding dengan kecelakaan kerja adalah karena lebih banyak orang yang penuh kekhawatiran dari pada bekerja”.
Depresi dan stres menjadi penyakit yang paling sering dialami oleh orang-orang terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Gaya hidup yang meningkat serta tuntutan kerja yang tinggi bukannya membuat meningkatnya produktifitas tetapi malah meningkatkan kekhawatiran, kekhawatiran tidak mampu menyesuaikan gaya hidupnya dengan tuntutan zaman.
Kemajuan zaman harusnya membuat manusia semakin nyaman karena banyak hal-hal yang memudahkan kehidupan mereka. Tetapi budaya hedonisme dan materialisme telah menghancurkan semuanya.
Demi meningkatkan efisiensi banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi sehingga banyak menimbulkan pemecatan. Bayangan gelombang pengangguran besar-besaran menghantui pikiran para karyawan yang masih bekerja. Apalagi di tengah krisis global seperti sekarang ini perampingan jumlah karyawan menjadi hal yang tidak dapat lagi dielakkan.
Jika ada karyawan yang dipanggil oleh bosnya maka hanya ada 2 pertanyaan. Apakah gajinya akan dinaikkan? Ataukah dirinya akan dipecat? Kalau naik gaji tentu syukur akan terucap tetapi bagaimana jika dipecat?
Manusia memiliki kemampuan untuk memilih respon terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Jika suatu hari Anda dikeluarkan dari pekerjaan Anda, apa yang akan Anda katakan kepada isteri tercinta?
Apakah Anda akan berkata, “Mah, dipecat nih. Bagaimana masa depan kita? Bagaimana sekolah anak-anak?”
Atau Anda akan berkata, “Yes !!! Terima kasih Tuhan. Hari ini Papah diberi kesempatan untuk membangun bisnis sendiri…”
You can choose to worry or you can choose to have faith.
Apakah Anda akan memilih untuk khawatir? Ataukah Anda akan memilih iman kepada Tuhan? Percaya bahwa Dialah yang menentukan takdir dan semuanya akan baik-baik saja?
Masalah bukanlah hal yang mengganggu kita. Tetapi cara kita memandang ialah suatu masalah yang merugikan kita. Semua tergantung cara pandang kita, apakah mau terus khawatir atau memilih untuk bertindak, melakukan sesuatu untuk mengubah hidup Anda.
Apakah sesuatu akan berubah hanya dengan kekahwatiran? Apakah keadaan akan membaik jika kita merasa khawatir?
Jika Anda merasa bahwa dengan khawatir maka masalah akan selesai dengan sendirinya maka silakan Anda khawatir. Tetapi jika Anda yakin bahwa masalah hanya bisa dirubah dengan tindakan dan bukannya kekhawatiran maka bertindaklah sekarang juga!
“Diberkatilah orang yang terlalu sibuk untuk khawatir pada siang hari dan terlalu lelah untuk khawatir di malam harinya, “ ujar Phil Marquart.
So, Don’t Worry...Be Happy !!
^^ Good Luck. . .